Di Kampung Sukalillah, Desa Janggala, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Ciamis, ada satu tradisi yang begitu lekat dan penuh makna, dikenal dengan nama *Konca*. Konca bukan sekadar bungkus nasi berisi lauk pauk yang disajikan dalam perayaan hari besar atau acara keagamaan. Lebih dari itu, ia adalah simbol sakral gotong royong dan kebersamaan yang terus dirawat oleh warga kampung hingga saat ini.
Dahulu, Konca dikemas sederhana, menggunakan daun pisang yang diikat rapi. Bentuknya dibiarkan alami, sederhana, dan penuh nuansa tradisional. Bungkus nasi ini diikat dengan kaleng bekas berukuran 1 kg—sering kali kaleng bekas cat, yang dipakai berulang kali untuk acara demi acara. Namun, seiring waktu, beberapa warga kini menggunakan bungkus nasi modern, meski sebagian lainnya tetap bertahan dengan kemasan daun pisang, mempertahankan nilai tradisional yang kuat.
Setiap kali acara keagamaan besar, seperti perayaan *Rojaban*, *Muludan*, atau pengajian bulanan, panitia akan memberikan pengumuman kepada seluruh warga. Dan tanpa perlu diingatkan lebih lanjut, setiap rumah tangga di Kampung Sukalillah akan menyiapkan paling tidak lima paket Konca. Paket-paket ini kemudian disedekahkan kepada peserta pengajian atau acara, menciptakan sebuah tradisi saling tukar Konca yang penuh kebersamaan.
Bagi anak-anak kampung, kehadiran Konca selalu dinanti-nantikan. Ada rasa penasaran dan misteri di balik bungkus sederhana itu. Saat dibuka, mungkin isinya adalah nasi dengan lauk ayam dan acar, yang menjadi keberuntungan tersendiri. Namun, jika sedang sial, lauknya mungkin hanya gorengan anak ikan mujair. Tetapi, justru ketidakpastian ini yang membuat Konca selalu menjadi sesuatu yang menarik bagi anak-anak, bahkan menjadi bagian dari kenangan manis masa kecil mereka. Tak peduli apa isinya, momen membuka Konca selalu membawa kegembiraan dan keakraban.
Namun, Konca bukan hanya tentang isi yang menggembirakan atau nasib baik yang mungkin berpihak. Di balik bungkus sederhana itu, ada nilai kebersamaan dan gotong royong yang luar biasa. Saat warga Kampung Sukalillah menyiapkan Konca, mereka sedang berpartisipasi dalam upaya kolektif untuk mensukseskan setiap acara keagamaan atau peringatan hari besar. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin—semua orang terlibat, semua orang memberi, dan semua orang mendapat.
Konca menjadi jembatan yang menyatukan setiap lapisan masyarakat kampung, menegaskan bahwa dalam kebersamaan, tidak ada sekat atau perbedaan. Ini adalah identitas budaya yang mengakar dalam kehidupan warga Sukalillah, yang mengajarkan nilai-nilai persatuan dan saling berbagi. Meski bentuk dan tampilannya mungkin berubah seiring waktu, semangat gotong royong yang terkandung dalam Konca tetap abadi.
Kehadiran Konca di setiap acara bukan hanya membawa makanan bagi peserta, tetapi juga membawa rasa persatuan, penghormatan, dan kesakralan. Ia adalah simbol kuat bagaimana warga Sukalillah menjaga tradisi mereka, sambil tetap terbuka pada perubahan zaman. Tradisi ini diharapkan akan terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak cucu mereka di masa depan.
Konca bukan sekadar nasi dalam bungkus, ia adalah jantung dari kebersamaan warga Kampung Sukalillah, sebuah tradisi yang menyatukan, membahagiakan, dan mengingatkan kita akan kekuatan gotong royong yang terus hidup di kampung kecil ini.