Kampung Sukalillah, sebuah desa yang terletak di Desa Janggala, Kecamatan Cidolog, Kabupaten Ciamis, adalah rumah bagi sekitar 250 kepala keluarga. Sehari-hari, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani, buruh tani, dan pedagang. Di samping itu, generasi muda kampung ini pun tidak ketinggalan, sebagian mulai merambah dunia konveksi, yang menjadi sektor baru yang menarik minat mereka.
Namun, di balik kesederhanaan hidup penduduknya, Kampung Sukalillah menyimpan sejarah yang panjang dan penuh makna. Kampung ini dahulu dikenal sebagai salah satu tempat singgah para pejuang kemerdekaan Darul Islam, sebuah gerakan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Hingga kini, julukan "Kampung DI" masih melekat kuat di hati penduduk setempat, menjadi pengingat akan masa-masa perjuangan yang berat namun penuh semangat.
Ada sebuah kisah legendaris yang selalu diceritakan dari generasi ke generasi tentang kampung ini. Pada masa pendudukan Jepang, Kampung Sukalillah pernah menjadi sasaran serangan bom, karena dianggap sebagai basis persembunyian para pejuang. Sasaran utama dari serangan itu adalah Masjid Jami, yang diyakini menjadi tempat berlindung para tentara Darul Islam. Namun, alam seolah berpihak pada penduduk kampung ini, karena dari delapan bom yang dijatuhkan, tidak satu pun mengenai sasaran. Cerita ini menambah aura heroik dan keberanian yang melekat pada kampung ini.
Hari ini, Kampung Sukalillah tengah bergerak menuju era modern. Teknologi perlahan-lahan mulai menyertai aktivitas harian warga. Smartphone kini menjadi benda yang wajib dimiliki oleh sebagian besar penduduk kampung, memudahkan komunikasi dan akses informasi. Bahkan, ada beberapa warga yang mulai mencoba peruntungan sebagai konten kreator, mengikuti tren digital yang kian berkembang
Meski begitu, kemajuan teknologi tidak lantas menghilangkan budaya dan kebiasaan lama yang telah mengakar kuat. Setiap Jumat pagi, para perempuan dewasa di kampung ini memiliki kewajiban untuk mengikuti pengajian, sementara para laki-laki melaksanakannya setelah salat Jumat. Pengajian dan sekolah agama bagi anak-anak juga dijalankan dengan disiplin, baik di waktu magrib, isya, maupun subuh. Sementara itu, pada siang hari, anak-anak yang sudah menamatkan sekolah dasar diwajibkan mengikuti pendidikan diniyah sebagai bagian dari upaya menjaga nilai-nilai agama.
Kampung Sukalillah, dengan segala kekayaan sejarah, tradisi, dan perkembangan modernnya, menjadi cerminan dari perpaduan antara masa lalu dan masa depan. Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, warga kampung tetap menjaga identitas dan nilai-nilai yang diwariskan oleh para leluhur mereka. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah kampung kecil di Ciamis mampu menjaga warisan sejarahnya sambil tetap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah.