Memunculkan Budaya dan Keseharian di Dunia Maya



Dengan adanya internet informasi digital semakin tidak terbendung, tidak jarang pemula menjadi terpengaruh dan mudah percaya pada informasi yang baru. Sehingga perilaku dan adat istiadatnya berubah.

Saat pandemi ketika semua orang dipaksa masuk ke dalam ruang digital. Mulai dewasa sampai anak-anak yang tidak memiliki pondasi dari sisi kebudayaan dan dari sisi literasi digital sehingga hal-hal yang baru itu dianggap sebagai sebuah pembenaran. Sehingga tidak jarang mereka merupakan identitas mereka sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki budaya.

Ipan Zulfikri, ketua relawan TIK Tasikmalaya, menambhakan, tidak jarang mereka meniru sampai memaksakan, jadi panutan para generasi muda saat ini bukan orang Indonesia yang berprestasi tetapi mereka juga dipuja-puja seluruh dunia.

Menurut Ipan ini merupakan efek bagaimana kita kurang mempromosikan budaya kita. Sehingga panutannya itu bukan orang yang memiliki budaya lokal kita. Perkembangan budaya menyesuaikan perilaku manusia. Secara biologis melahirkan pola bertahan hidup yang berbeda-beda di setiap lingkungan.

“Produknya bisa berupa tradisi kuliner, budidaya, properti dan cara bertahan hidup. Misalnya hasil pertanian itu merupakan hasil dari budaya bertahan hidup manusia,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (25/10/2021).

Kemudian perilaku manusia juga melahirkan pola budaya berdasarkan sosial. Munculah adat istiadat dengan kearifan lokal, ini juga salah satu budaya yang harus dilestarikan. Bagaimana kita menghormati adat istiadat, sebagai orang Sunda misalnya harus patuh terhadap adat istiadat pada suku Sunda.

Ada hukum, politik, bagaimana negara kita memiliki cara-cara khusus dalam menyelesaikan masalah politik dalam demokrasi. Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi yang bisa saling mendengar pendapat orang lain.

Produk hasil itu luar biasa yang harus dilestarikan sehingga nanti anak-anak cuci kita tidak kehilangan itu semua. Cara mempromosikan budaya yakni dengan munculkan kepribadian.

“Sebagai warga yang menjunjung tinggi kebudayaan tata krama ini sangat penting sebagai ciri khas Indonesia. Jangan sampai di ruang digital kita mencoret apa yang sudah menjadi pribadi diri kita yaitu keramahan. Sehingga nanti Indonesia dikenal sebagai tidak ramah di internet, maka kita harus mencerminkan kepribadian,” jelasnya.

Cara membuat konten kita harus mencerminkan budaya kita baik dari tutur kata produk yang dihasilkan begitu pula dalam merespon konten orang cerminkan bahwa kita ini masyarakat yang memiliki kepribadian yang berbudaya luhur.

Kedua adalah respektif, sebagai warga negara Indonesia kita harus menggali potensi budaya supaya bisa dipromosikan. Menggunakan internet, dengan adanya fasilitas digital kini tidak susah lagi mempromosikan budaya kita kontennya ingin seperti apa. Memanfaatkan informasi terbaru supaya mengikuti selera pasar. Produk-produk bisa dikemas dengan lebih praktis misalnya kuliner beku dan sebagainya.

Ketiga propaganda, buat konten-konten budaya di media sosial di website tentang produk kebudayaan kita secara terus-menerus dan keluarkan hal yang positif sehingga orang yang membacanya juga akan melihat ini sebagai sesuatu yang positif. Terakhir, demokrasi sebagai warga negara memiliki landasan Pancasila kita harus mencerminkan bahwa negara kita adalah negara demokrasi yang bisa menghargai pendapat orang lain.

Webinar juga menghadirkan pembicara, Puti Yuni Pratiwi (Pemilik Askara Villa Bali), Alfret Nara (Praktisi IT), Tetty Kadi (Aktris Senior), dan Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader

sumber : https://infobisnis.id/2021/10/26/memunculkan-budaya-dan-keseharian-di-dunia-maya/