Kampung Sukalillah Merupakan salah satu Dusun di Desa Janggala Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat, yang Secara Geografis terletak antara 7,4 Lintang Selatan dan 108.4 Bujur Timur.
Dusun Sukalillah merupakan daerah pegunungan berbukit dengan ketinggian kurang lebih 300 Mdpl dan kepadatan penduduk sebesar 389 orang/km2
(sumber : data Desa Janggala 2015)
Secara Ekonomi Rata-rata Penduduk Dusun Sukalillah Merupakan Petani Padi dengan musim tanam bergantung pada curah hujan, kondisi ini disebabkan sumber mata air di dusun ini bergantung pada curah hujan sejak 20 tahun terakhir. berdasarkan data jumlah luasan lahan kering (darat) dengan lahan Basah (sawah), ternyata hampir 65 Persen lahan kering, namun warga belum bisa mengoptimalkan lahan tersebut
Hasil dari Pengematan, penelitian serta kisah dari warga, Pesoalan Air bersih dan mata air untuk pertanian selalu muncul ketika musim kemarau tiba,karena sumber mata air yang dulu menjadi andalan sekarang sudah mulai hilang bahkan kebanyakan sudah hilang, hal ini disebabkan berubahnya fungsi hutan mata air menjadi kebun produksi, serta menjadi pemukiman, salah satunya adalah lahan Tanah kas Desa Janggala (Pangangonan) yang berada di Dusun Sukalillah.
Kampung Sukalillah dulu di kenal dengan kampung Cimande, sampai sekarang nama Cimande menjadi Nama Populer Kampung ini.
Sampai tulisan ini dibuat, asal usul nama Cimande dari mana belum ada sumber yang utuh, namun kemungkinan terbesar adalah adayanya mata air/ sumur bernama sumur Cimande.
Perubahan nama cimande ke sukalillah pun ini masih dalam penelitian, karena kekurang sumber referensi, alhasil nama Cimande dan sukalillah menjadi misteri tersendiri di kampung ini.
Kampung Sukalillah, mempunyai riwayat yang cukup unik, mulai dari seputar Keagamaan, karagaman Mistik, mitos Ilmu Gaib, persatuan pemuda, Gejolak DI TII dan Perjuangan Reformasi 98
Kampung Cimande atau sukalillah, dulu dan sekarang masih dikenal sebagai kampung Tauhid, hal ini bukan tanpa alasan, sebab kampung ini dulu merupakan tempat belajarnya ilmu ilmu agama Islam, dan salah satu kajian populernya adalah Tauhid, jadi jangan heran walau hari ini para pengajarnya sudah banyak yang wafat namun suasana pesantren sangat lekat di kampung ini.
Secara Aqidah warga kampung Sukalillah Memegang prinsip Ahlisunnah Waljamaah dengan memberikan istilah syariat sama dengan hukum fikih yaitu ‘peraturan vang ditetapkan oleh Allah kepada kaum muslimin berdasarkan Alquran, Hadis, ljmak, dan Kias’. Peraturan itu disusun secara terperinci vang berhubungan dengan tatacara peribadatan, prinsip-prinsip ajaran moral dan kehidupan, serta hukum-hukum mengenai hal-hal vang diperbolehkan untuk dikerjakan, untuk mengetahui yang benar dan yang salah.
Selain dikenal dengan kampung Tauhid ,Kampung ini sampai detik ini masih dipercaya oleh sebagian pemburu ilmu Gaib, sebagai salah satu tempat untuk menaikan level keilmuan, bahkan dulu mata air Cimande menjadi tempat bertapa orang orang yang fokus dalam mencari ilmu gaib.
Pada periode Perang Dunia Kedua, kampung Sukalillah tidak luput menjadi salah satu incaran para imprealis, sebab kampung ini adalah salah satu jalur lintasan Ciamis -Cineam-Langkaplancar,hal ini yang menyebabkan hubungan sosial dan budaya anatara budaya ciamis cinema dan langkaplancar ada di kampung ini, karena kampung sukalillah adalah lintasan yang menghubungkan wilayah strategs perkebunan VOC maka tak heran kampung ini menjadi salah satu tempat singgah para tentara VOC yang melakukan perjalanan dari Cineam ke Ciamis atau sebaliknya.
Selepas Kemerdekaan 45, kampung ini menjadi salah satu pelopor peristiwa bandung lautan Api 23 Maret 1946, dengan dipimpin oleh salah satu kiayi dari langkap Langkap lancar banyak pemuda -pemuda kampung ini pada waktu itu ikut terlibat berangkat ke bandung mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Satu Tahun pasca Peristiwa Bandung Lautan Api, Kampung ini juga respon terhadap hasil perjanjian renville 8 Desember 1947 yang mengharuskan pasukan TNI untuk meninggalkan Jawa Barat dan pergi ke Jawa Tengah.
Namun Beberpa pemuda kampung sukalillah yang tergabung dalam Hisbulloh dan sabilillah yang berangkat ke peristiwa bandung lautan Api 1946, tidak mau ikut ke Jawa Tengah, sesab pimpinan nya yang bernama Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo memilih membuat pasukan bernama TII Tentara Islam Indonesia yang bermarkas di gunung Cupu 30 KM Barat Laut dari kampung ini.
7 Agustus 1949 dimana S.M. Kartosuwiryo mengumumkan kalau Negara Islam Indonesia (NII) telah berdiri, dan beberpa pemuda kampung sukalillah pun ikut dalam deklarasinya, akibatnya Pasukan TNI (Divisi Siliwangi) bereaksi keras karena dinggap makar oleh pemerintahan yang sah. dan akhirnya kampung sukalillah menjadi target oprasi Pasukan TNI (Divisi Siliwangi) , sekaligus manjadi dapur DI TII .
Kisah getir dan prihatin pun berjalan menimpa warga dusun sukalillah cukup lama dan berbekas sampai hari ini, Pro dan kontra yang dulu terjadi sekana terwaris ke anak cucu,kisah miris sadis dan lucu mewarnai cerita periode ini, mulai dari tentara yang salah tembak, hingga warga harus bisa berada di posisi tengah antara DI TII dan Pasukan TNI (Divisi Siliwangi) , sebab kalo condong sedikit saja nyawa taruhannya.
Tidak heran jika kisah ini selalu diceritakan oleh anak anak waktu itu, dan sampai hari ini kisah nya terus turun temurun.
Kisah yang populer tentang periode DI TII ini diantaranya tentang dua Nasi bungkus yang harus selalu tersedia, satu untuk DI dan satu Untuk TNI, juga ada kisah spektakuler tentang tiga roket milik pesawat terbang TNI di Tengah tengah pemukiman kampung sukalillah, sasaran utamanya adalah Mesjid Al Abror sebagi pusat pendidikan dan berkumpulnya warga dan tamu yang singgah di kampung ini.
Peristiwa bombardir ini ternyata dipicu oleh salah laporanya mata mata dari pihak Oposisi, yang melaporkan bahwa ada dua bataliyon DI TII yang berda di kampung sukalillah, namun informasi yang benar adalah singgahnya batalion dua TII di Mesjid Al Abror informasi ini masih simpang siur juga namun yang beredar di masyarakat seperti itu.
Kejadian ini sangat membekas bahkan bukti nyatanya masih ada, walau hulu ledak tidak tepat sasaran. Puluhan Petak kolam ikan dari sisi kiri mesjid Al abror ke arah Hilir Ciseureuh menjadi saksi nyata kejadian itu, Pohon bambu yang terbang akibat letusan roket tersebut hari ini masih tumbuh.tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang populer di bibir masayarak kampung ini.
Setelah peristiwa jatuhnya Bom di Pusat Kampung, Konferensinya PKI bulan Agustus 1948 dengan gagasan jalan baru indonesia baru, dan lairlah Reforma Agraria Isu PKI pun muncul di tetangga kampung. warga kampung Sukalillah beranggapan PKI itu anti Islam, yang pada akhirnya perang dingin dan saling curiga antar warga Kampung sukalillah dengan warga tetangga kampung terjadi.
Pemilu tahun 1955 menjadi salah satu puncak ketegangan di sukalillah, teror peperangn DI dan TNI yang masih terjadi, ditambah isu Komunis yang anti Agama, merka harus melakukan pemungutan suara untuk pemilihan partai politik yang jumlahnya sangat banyak sekitar 29 partai.
Menurut para pemuda jaman dulu, pemilu pertama dilakukan di lapangan balai Desa Janggala,dan warga Sukalillah waktu itu komitmen mendukung Partai Nahdlatul ulama, walau faham PKI, PNI, Masumi, Dan PSII juga ada walau hanya di segelintir warga, dan itu pun tidak terbuka.
Intervensi, ancaman, saling curiga mewarnai situasi sosial masayarakt kampung sukalillah pada waktu itu, hingga pada 4 Juni 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap dengan oprasi pagar betis , tingkat represif dari TNI pun mengurang walau isu PKI masih Menyelimuti hingga akhir pemerintahan orde lama...